Natuna - Vaksin berfungsi untuk membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity, jadi untuk penyakit-penyakit yang menular seperti COVID-19 vaksinasi sangat efektif untuk mencegah penyebaran dan penularan virus.
Hal tersebut disampaikan oleh Perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Natuna Monika, dalam dialog interaktif di RRI Ranai, Selasa (15/6).
Monika menyampaikan bahwa pemerintah memberikan vaksin bukan untuk merugikan masyarakatnya, jadi kita harus memfilter atau menyaring berita-berita yang beredar tanpa referensi yang jelas soal vaksinasi COVID-19.
"Dulu vaksin Sinovac itu dibilang tidak efektif, mematikan atau apa lah, nah sekarang sekarang karena udah tidak pakai Sinovac lagi kini berganti ke AstraZeneca. Beredar lagi itu berita hoaks yang bilang Astrazeneca ini berbahaya bisa bikin struk mendadak, efek samping yang berat. Memang ini bisa membuat efek samping seperti demam ya pegal-pegal, tapi insya Allah reaksinya tidak terlalu berat," ujar Monika.
Dalam kesempatan yang sama, Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna Imam Su'udi menyampaikan bahwa kegiatan vaksinasi di Natuna sudah berjalan dengan lancar, dan bupati Natuna yang sudah mensosialisasikan pertama kali setelah dilantik kemudian ditindak lanjuti dengan berkeliling ke pulau-pulau sehingga cakupan imunisasi dapat meningkat.
"Masyarakat yang takut atau kurang paham kurang jelas bisa bertanya langsung ke Puskesmas, tidak mesti harus ke rumah sakit. silakan berkonsultasi singkat dan jelas supaya masyarakat mau melaksanakan imunisasi," ujar Imam.
Selanjutnya, Imam menambahkan ada beberapa yang memang mengalami demam karena reaksi dari vaksin tersebut, tetapi bisa dicegah dengan cara sarapan dahulu, minum susu atau air putih, setelah itu selesai vaksin minum vitamin agar badan tidak lemah, ini berguna menjaga kekebalan tubuh.
Sedangkan, Kasi Prokes dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna Erni Yusnita menyampaikan bahwa pemerintah selalu mengkampanyekan gerakan 5M dan 3T.
"Yang dimaksud 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan terakhir itu membatasi mobilitas dan interaksi," ujar Yusnita.
Yusnita menambahkan, selanjutnya 3T terdiri dari pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing) dan perawatan (treatment).
"Pemeriksaan dini menjadi penting agar bisa mendapatkan perawatan dengan cepat, tak hanya itu, dengan mengetahui lebih cepat, kita bisa menghindari potensi penularan ke orang lain," ujarnya.
"Pelacakan dilakukan pada kontak-kontak terdekat pasien positif COVID-19, setelah diidentifikasi oleh petugas kesehatan, kontak erat pasien harus melakukan isolasi atau mendapatkan perawatan lebih lanjut. Seandainya ketika dilacak si kontak erat menunjukkan gejala, maka perlu dilakukan tes, kembali ke praktik pertama (testing), kemudian, perawatan akan dilakukan apabila seseorang positif COVID-19, jika ditemukan tidak ada gejala, maka orang tersebut harus melakukan isolasi," jelasnya.
Di akhir dialog, Monika berpesan kepada masyarakat untuk tetap menerapkan 5M dan 3T, dan jangan takut untuk divaksin, karena ini salah satu ikhtiar mengakhiri pandemi.