Jakarta - Ketua Umum Bike to Work (B2W) Indonesia
Fahmi Saimima menyayangkan larangan melintas bagi para pesepeda di jalur utama
Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat, saat pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat (PPKM) Level 4 hingga 23 Agustus kemarin.
"Secara hitungan sederhana saja,
sepeda itu sangat menguntungkan bagi manusia, alam dan perekonomian karena baik
dari sisi kesehatan dan menekan biaya operasional. Rasanya kurang tepat juga
kalau sepeda tak boleh melintas di Sudirman-Thamrin. Padahal banyak mereka yang
berkantor di sana," ujar Fahmi di Jakarta, Senin (23/8).
Fahmi sendiri tidak ingin beradu argumen dengan
aparat mengingat Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo
Yogo bahwa sepeda masih dilarang
melintasi jalur Sudirman-Thamrin selama pemberlakuan PPKM. Alasannya, untuk
mencegah terjadi kerumunan masyarakat.
"Dari situ saya beranggapan hanya yang
akan berolahraga secara bergerombol yang sebenarnya dilarang. Tapi bagi
individu yang cuma sendirian gowes, masa sih harus diperlakukan sama? Bagaimana
dengan para abang starling (ungkapan untuk menyebut para pedagang kopi/teh yang
berkeliling menggunakan sepeda), apakah dilarang juga ? ujarnya.
Sementara itu, salah seorang pesepeda Julius
Caesar mengatakan, pelarangan itu memang membawa ketidaknyamanan bagi pesepeda
yang akan berkantor ke gedung-gedung di sepanjang jalan utama ibu kota.
"Padahal bisa dilihat dari tampilan
para pegowes, apakah ingin berolahraga di kawasan itu atau memang akan menuju
tempat aktivitas. Kalau ingin melarang ya lakukan saja ke seluruh pelosok kota.
Akan terlihat mana yang memang bergerombol dan ingin menuju tempat kerja,"
ujar Julius.
Pegowes yang kerap bersepeda ke kantor ini
berharap setidaknya aparat bisa lebih luwes dalam melihat kondisi di lapangan.
Bukankah ada diskresi bagi aparat dengan melihat situasi. Sepeda sebagai alat
transportasi rasanya malah berlebihan kalau dilarang melintas.
Baik Fahmi maupun Julius mengungkapkan hal
senada bahwa sepeda komuter perlu diberi perlakuan berbeda. Selain bebas
polusi, jarak terjaga, dan sebagainya, juga merupakan solusi bagi warga yang kesulitan
menggunakan transportasi publik karena persyaratan pengetatan.
"Hal itu sekaligus mendorong mereka
tak menggunakan kendaraan bermotor. Sepeda perlu diberi perhatian khusus,
jangan disamakan dengan kendaraan lain," tegas Fahmi lagi.