Natuna - Stunting harus dicegah sejak dini dengan pendidikan gizi kepada anak, harus dilakukan sejak memasuki pendidikan anak usia dini (PAUD). Di usia produktif kelak balita stunting akan mempunyai daya saing yang lebih rendah dibandingkan sumber daya manusia (SDM) negara lain yang memiliki balita sehat karena rendahnya fungsi kognitif mereka.
Dalam acara Kancah Opini Pagi (KOPI PAGI) yang merupakan program kerjasama antara Diskominfo Natuna dan RRI Ranai, Jumat (10/9), secara khusus membahas ketahanan pangan dan gizi dalam mencegah stunting di masa pandemi. Syarifah Maryam Kepala Bidang Kesehatan masyarakat Dinkes Natuna yang hadir sebagai narasumber menjelaskan bahwa pencegahan stunting telah menjadi program nasional, karena stunting memiliki dampak yang cukup luas dalam jangka panjang.
“Pemahaman tentang stunting harus kita edukasi sejak dini, untuk mencegah dampak yang lebih luas dalam jangka panjang. Penetapan stunting sebagai program nasional tentunya memiliki latarbelakang yang urgensi tentang pentingnya pencegahan stunting sejak dini. Yang perlu digarisbawahi stunting tidak hanya terjadi pada keluarga dengan ekonomi lemah karena ada banyak hal yang dapat menyebabkan stunting itu sendiri, diantaranya asupan gizi dan pola asuh,” jelas Maryam.
Selanjutnya, Maryam juga menambahkan pemerintah daerah tetap berkomitmen untuk terus bergerak menuntaskan masalah stunting di Kabupaten Natuna.
“Langkah konkret yang kita ambil tentunya dimulai dengan hal yang paling mendasar yaitu proses pendataan, proses pendataan akan menjadi tolak ukur treatment apa yang harus kita lakukan untuk menuntaskan masalah tersebut. Dari data kita dapat menganalisa untuk menetapkan desa fokus stunting yang akan mendapatkan bimbingan, sosialisasi dan pemenuhan gizi sampai kasusnya tidak ada lagi atau setidaknya meminimalisir jumlah angka stunting saat ini," tambah Maryam.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Natuna yang juga hadir sebagai narasumber Firdaus menyampaikan, ketahanan pangan dan gizi merupakan kunci dalam mencegah stunting.
“Bicara masalah stunting dari sisi ketahanan pangan dan kesehatan, tentunya kita harus menemukan terlebih dahulu sumber masalah, yaitu tidak tercukupinya asupan gizi dalam tubuh seseorang atau anak. Untuk mendukung penuntasan stunting tentunya melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan program P2L yaitu perkarangan pangan lestari dimana urgensi dari program ini adalah memberi contoh bagaimana memanfaatkan perkarangan itu sendiri bagaimana lebih mandiri untuk meningkatkan kebutuhan pangan," jelas Firdaus.
Lebih lanjut, Firdaus menjelaskan dalam jangka panjang Dinas Ketahanan Pangan dan Gizi akan melibatkan anak usia sekolah dengan program School Farming.
“Dalam jangka panjang Dinas Ketahanan Pangan dan Gizi akan melibatkan anak usia sekolah dengan program School Farming. School Farming adalah memanfaatkan lahan hijau di sekolah dengan menanam tumbuhan yang memiliki nilai gizi bagi tubuh manusia, selain itu mereka juga diberi edukasi untuk menjaga keseimbangan gizi dalam tubuh. Dengan menjangkau semua lini masyarkat kami berharap masalah stunting di Natuna dapat segera di tuntaskan,” jelas Firdaus.
Di akhir dialog, masing masing narasumber berharap peran keluarga dalam mencegah stunting sangat dibutuhkan. Selain fokus dalam pemenuhan gizi anak, pola asuh juga sangat membantu dalam pencegahan stunting. Dengan program-program yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah semoga dapat menurunkan angka stunting di Natuna.