Ambon – Kenaikan kasus konfirmasi positif secara signifikan turut berpengaruh pada skor Kota Ambon dalam Peta Risiko Penyebaran COVID-19 di Provinsi Maluku. Kota Ambon yang pada pekan sebelumnya berada di Zona Kuning dengan skor 2,92 kini skornya turun 0,19 poin menjadi 2,73.
“Data terakhir, skor Kota Ambon turun menjadi 2,73 dan masih berada di zona kuning atau resiko rendah dengan PPKM Level II” Kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Ambon, Wendy Pelupessy di Balai Kota, Senin (7/2).
Diungkapkan Kadinkes, skor pada peta resiko didasarkan pada perhitungan dan pembobotan sejumlah indikator, utamanya jumlah kasus aktif dan meninggal dunia, dimana hingga saat ini tercatat kasus konfirmasi positif mencapai 725 orang dan meninggal dunia 3 orang.
Padahal sebelumnya, Ambon sempat mempertahankan nihil kasus selama lima minggu berturut – turut dan berada di zona Hijau.
Pelupessy mengungkapkan jumlah kasus di Ambon terus meningkat signifikan, karena pihaknya gencar melakukan testing, tracing, dan tracking, kepada kontak erat.
“Kasus cukup tinggi karena kita lakukan tracing baik di kantor- kantor, disekolah dan tracking dari yang terkonfirmasi positif,” ujarnya.
Dijelaskan Kadinkes, COVID-19 identik dengan penularan sehingga dengan tingginya angka yang terkonfirmasi berdasarkan hasil tracing dan tracking, pasien dapat diisolasi untuk mencegah penularan.
“Prinsipnya begini, pertama, COVID-19 identik dengan penularan, sehingga ketika mengurangi pergerakan, bisa meminimalisir penularan. Yang kedua ketika kita dapat lebih banyak yang terkonfirmasi kita bisa isolasi agar mereka tidak menularkan orang lain sehingga penularan lebih masif,” bebernya.
Pelupessy berharap kenaikan kasus secara signifikan tidak dianggap sebagai sesuatu yang dibuat – buat, pasalnya, hal ini sudah diprediksi sebelumnya oleh para ahli, dan terjadi tidak hanya di kota Ambon tetapi hampir seluruh daerah di Indonesia.
“Bukan hanya di kota Ambon, tapi seluruh wilayah Indonesia kenaikan kasus signifikan dengan kondisi seperti ini dan itu sudah diprediksi ahli epidemiologi bahwa kenaikan kasus akan terjadi di bulan Februari dan Maret, itu sudah ada perhitungannya,” tandasnya.