Sentani – Penghapusan kekerasan berbasis gender di Tanah Papua menjadi topik hangat dalam pembahasan sarsehan di Kampung Dondai, Distrik Waibu, beberapa waktu lalu.
Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Ratna Susianawati mengatakan, peran hak perempuan dan anak tentunya penting, terutama di dalam setiap komunitas masyarakat adat.
”Saya ingin mencoba mengangkat ini dalam lingkup yang lebih luas, jadi kalau peran perempuan dan anak tentunya bisa dikatakan penting bagi kita semua,” terang Ratna Susianawati di Sentani, Jumat (28/10).
Ia menjelaskan, di dalam komunitas masyarakat adat, proses-proses kehidupan keseharian perempuan-perempuan adat tidak kalah penting dibanding lelaki. Untuk itu, dalam momentum KMAN VI pihaknya mengajak semua peserta untuk mencoba melihat ruang-ruang mana yang bisa kita berkolaborasi, satu sama lain.
”Ada ruang-ruang yang belum tersedia sehingga perlu kita buat itu bersama-sama dan mengajak perempuan-perempuan untuk bisa melakukan hal yang luar biasa,” ujarnya.
Ditambahkannya, apa yang perempuan lakukan itu karena dilakukan oleh perempuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan bukanlah sekadar menjalankan perannya tetapi perempuan ikut menjaga pengetahuan dan keberlanjutan kehidupan komunitasnya.
”Kami (perempuan) punya kepentingan-kepentingan yang harus dibicarakan secara terbuka di tempat lain saat ini," tandasnya.