Kubu Raya - Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, berkomitmen melestarikan destinasi wisata alam sebagai ikon daerah. Setelah mengembangkan wisata alam Hutan Albasia di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, pada 28 Januari lalu, kini kabupaten termuda di Kalbar itu juga mengembangkan destinasi wisata alam hutan mangrove. Hal ini ditandai dengan penanaman mangrove digital melalui inovasi teknologi tepat guna.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kubu Raya Yusran Anizam mengapresiasi kegiatan penanaman mangrove digital di Desa Sungai Kupah, Kecamatan Sungai Kakap. Penanaman yang diinisiasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sungai Kupah bekerja sama dengan Pemerintah Desa ini tidak saja melestarikan lingkungan, namun penanaman digital itu juga menjadi satu di antara bentuk atraksi destinasi wisata dengan penerapan inovasi teknologi tepat guna.
Dimana seusai menanam mangrove wisatawan tak sekadar memperoleh sertifikat adopsi mangrove, tapi juga mendapatkan kode penanaman sekaligus titik koordinat tanam, sehingga proses tumbuh kembang pohon dapat dipantau dengan teknologi digital.
“Salah satu ikon destinasi wisata kita adalah mangrove. Dan di Sungai Kupah ini ada sepuluh jenis mangrove yang harus dilestarikan. Oleh karena itu saya sangat terkesan dan bangga dengan pemuda dan aparatur desa yang menggerakkan penanaman mangrove secara digital ini,” ujar Sekretaris Daerah Kubu Raya Yusran Anizam usai mengikuti kegiatan penanaman mangrove digital di Desa Sungai Kupah, Kecamatan Sungai Kakap, Senin (27/7).
Yusran mengaku kagum melihat antusiasme kaum muda Desa Sungai Kupah yang melakukan penanaman, terlebih disertai inovasi yang melibatkan sentuhan teknologi digital sehingga progres dari mangrove yang ditanam dapat dipantau setiap saat dengan melihat titik koordinat tanam.
”Mudah-mudahan yang dilakukan ini membawa kebaikan karena adanya destinasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan baik bagi lingkungan, karena mangrove adalah benteng bagi daerah kita terhadap abrasi dan sebagainya. Bahkan ini juga salah satu dari paru-paru dunia yang harus dilestarikan. Tetap semangat untuk Pokdarwis dan aparatur desa untuk mengembangkan destinasi agar lebih maju ke depannya,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Sungai Kupah Rudi Hartono mengatakan, masyarakat desanya fokus menjaga lingkungan dari abrasi. Kegiatan penghijauan pun digencarkan. Baik dengan menggandeng komunitas maupun melibatkan wisatawan.
Ia menerangkan wisatawan yang menanam dapat mengadopsi mangrove. Untuk itu Pokdarwis kemudian mengeluarkan sertifikat daring. Yang berisi piagam penghargaan dan ucapan terima kasih atas adopsi pohon mangrove.
“Metode ini sebagai cara baru menanam pohon secara digital,” paparnya.
Rudi menerangkan, pihaknya menggunakan teknologi tepat guna di mana wisatawan yang menanam di Sungai Kupah bisa melihat langsung perkembangan mangrovenya secara digital. Hal itu dimungkinkan karena wisatawan yamg menanam langsung mendapatkan titik koordinat tempat menanam.
“Di sertifikat itu juga terdapat nomor kode penanaman. Setelah mendapatkan sertifikat, wisatawan wisatawan diberikan titik koordinat penanaman mangrove tersebut, sehingga ke depan memudahkan yang bersangkutan untuk melihat mangrove yang telah ditanam,” jelasnya.